Pola kehidupan seks pada laki-laki sangat berbeda jauh dibandingkan dengan wanita, karena laki-laki harus punya sifat aktif dalam berbagai hal, sedangkan wanita hanya dapat menerima saja. Dalam kehidupan laki-laki telah banyak mitos-mitos dan juga pesan masyarakat kepada kaum Adam ini, dan ini telah dianut dan diwariskan kepada beberapa generasi dibawahnya. Seorang pria harus mempunyai mitos-mitos budaya ini yang akan dijelaskan selanjutnya. Laki-laki akan merasa bersalah jika kebutuhan seksnya berbeda dengan norma-norma yang diterimanya secara kultural.
Laki-laki diharapkan mampu melakukan dan siap melakukan hubungan seksual kapan saja.[1] Dalam tulisan lain bahwa laki-laki punya tabiat “On” dan jarang sekali “Off”.[2] Itulah yang menyebabkan pandangan masyarakat kepada laki-laki adalah sebagai inisiator dalam melakukan hubungan seksual (Seksual Intercourse).
Bagi kaum laki-laki hubungan kelamin merupakan suatu yang sangat penting, dalam hal ini laki-laki dituntut untuk membahagiakan pasangannya dan merupakan penentu kebahagiaan dan kenyamanan, karena ia harus dapat membuktikan kejantanannya. Bisa dikatakan itu adalah yang dimaksud dengan kekuatan seks bagi laki-laki tanpa adanya kekerasan fisik pada pasangannya.
Suatu hakikat yang tidak dapat dipungkiri adanya atau kita berusaha lari darinya adalah ketika seorang laki-laki terjangkit salah satu penyakit kelamin yang membuat kekuatan seksnya melemah. Secara fisik, ia akan merasakan kesedihan yang teramat sangat. Sedangkan secara psikis, hatinya akan terasa sangat tersiksa. Seperti rasa sakit yang dideritanya lebih dari penyakit paling parah yang pernah dideritanya, sehingga laki-laki akan berusaha untuk mengembalikan kekuatan seksnya yang hilang.
Laki-laki diharapkan tampil muda dan menarik, rapi dan mengikuti perkembangan mode. Lepas dari masalah usia, wanita muda atau gadis adalah suatu hal yang menarik dan nikmat untuk kaum laki-laki. Dengan itu timbul harapan punya penis yang besar dan mampu memberikan kenikmatan dan orgasme pada pasangannya.[3]
Pekerjaan menuntutnya untuk menghidupi keluarganya setiap hari adalah tanggungjawab yang harus dipikulnya, apalagi nanti setelah mempunyai anak dan hal ini harus punya penghasilan tambah, sehingga mereka harus menyembunyikan perasaan ketakutan, ketidak-mampuan, dan ketidak-berdayaan dalam menghadapi hidup.
Mitos-mitos inilah yang terus hidup dalam masyarakat kita, karena mitos inilah banyak pria mengalami kesulitan dalam mencapai standar kejantanan yang diharapkan. Batas masyarakat yang ditanggung pria menjadikannya tidak mampu menjelajahi dan memenuhi kenyataan bahwa segalanya akan jadi lain jika mereka meneliti kembali peran-peran lama dan menggantikan mitos-mitos tersebut dengan ide-ide yang lebih positif.
Pria selalu merasa tertekan dan tidak berdaya untuk mengubah semuanya karena mereka takut kehilangan kehormatannya. Firman Allah Swt dalam surat an-Nisa’ ayat 34 yang kiranya dapat dijadikan ajang untuk merubah diri bagi kaum laki-laki.
الرجال قوّامون على النساء
Kaum laki-laki adalah pemimpin bagi kaum wanita. (Qs. an-Nisa’ 34)
Seorang laki-laki bisa mendapatkan pelajaran seks dari temannya sendiri baik itu secara sengaja maupun petualangan cinta yang didapat dari berbagai pengalamannya. Akan tetapi, laki-laki telah diajari juga oleh Allah Swt lewat mimpi-mimpi indahnya (ikhtilam) ketika tidur. Secara tidak langsung pasti ingat dengan apa yang telah diimpikannya. Oleh karena itu, mitos-mitos tadi menjadikan instink ketika berhubungan seks dengan pasangannya. Hal itu wajar sebagai sifat manusia karena pelajaran-pelajaran itu menjadi motor penggerak gejolak nafsu seksnya.
[1] V. Atputharajah, Petunjuk Mencapai Gairah Seksual (Program Pengkayaan Kenikmatan Seksual Bagi pasangan Suami Istri), Abdul Kareem (Terj.), Handal Niaga Pustaka, Jakarta, 2000, hlm. 185.
[2] Achmad Suyuti, Sofchah Sulistiowati, Seks Islami: Cumbuan Malam Pengantin, Cinta Ilmu, Pekalongan, Cet-II, 2001, hlm. 4.
[3] V. Atputharajah, Loc. Cit.
0 komentar:
Posting Komentar