Blog yang menghimpun konten ilmu yang bermanfaat

AKHLAK NABI DALAM KITAB AL-BARZANJÎ

SHALAWAT

Mengkaji isi kitab maulid al-Barzanjî yang ditulis oleh Sayyid Ja'far ternyata mengandung ajaran-ajaran akhlak yang pantas diikuti umat Islam secara menyeluruh. Sehingga kitab tersebut mempunyai andil besar dalam rangka membentuk pribadi-pribadi muslim. Dalam Kitab Maulid al-Barzanjî banyak dibahas langkah-langkah (akhlak) yang dapat membentuk manusia yang berpribadi luhur. Andil besar kitab tersebut dapat dipahami dari beberapa aspek berikut ini :

Pertama, instrospeksi diri. Dalam beberapa literatur yang berkaitan dengan akhlak Rasulullah SAW terhadap orang-orang yang berjasa, dapat dipahami mengandung ajaran yang sangat berguna bagi manusia muslim, terurama pada upaya melakukan introspeksi diri. Beliau (Rasulullah) mempunyai rasa introspeksi yang sangat kuat. Hal ini sebagaimana terdapat dalam syairnya pada paragraf kelima:

و أنه الحبيب الذي حسنت طباعه و سجياه

Sebenarnya dia memang kekasih Allah yang bagus watak dan budi pekertinya.

Paragraf keenam berbunyi:

إرهاصا لنبوّته و إعلاما بأنه مختار الله تعالى و مجتباه

Kesemuanya itu sebagai ketetapan kenabiannya, dan pemberitahuan bahwa beliau adalah Nabi pilihan Allah.

Hal itu dapat dipahami betapa beliau sangat menghormati orang yang telah menyusuinya, yakni Suwaibah Aslamiyah dan Halimah Sa'diyah. Karena ketinggian rasa tahu diri Rasulullah, maka beliau berupaya membalas kebaikan budi kedua orang yang telah menyusuinya itu.

Wujud rasa tahu diri Rasulullah itu berupa penghormatan, penghargaan berupa pemberian materi. Padahal kedua orang itu bukan orang tua kandung beliau. Oleh karena itu dapat difahami seberapa tinggi rasa tahu diri beliau terhadap orang tua kandung maupun saudaranya. Perilaku Rasulullah tersebut di atas tidak mungkin terwujud sedemikian luhur tanpa adanya instrospeksi diri beliau yang tinggi pula.

Kemampuan introspeksi diri seseorang merupakan salah satu tahapan dalam rangka mencapai akhlak al-karimah. Sebab dengan mampu melakukan introspeksi diri akan terjelma perilaku rendah diri, menghormati orang lain, tenggang rasa dan murah hati. Apabila perilaku di atas dapat diwujudkan secara utuh, maka tidak mustahil bagi seorang muslim dapat mencapai predikat orang yang berkepribadian Islami. Maksud kepribadian Islam adalah kepribadian kemanusiaan yang utuh, yang mampu memberikan kekhasan tentang konsep keseimbangan hidup. Seimbang antara sifat-sifat dan karakteristik pribadinya, baik secara idealitas maupun realitas yang sebenarnya.

Kedua, santun dan pemaaf. Di dalam Kitab Maulid al-Barzanjî, Rasulullah dilukiskan sebagai hamba Allah yang mempunyai karakteristik santun dan pemaaf. Dalam paragraf kesembilan bunyi syairnya:

بعثه الله تعالى للعالمين بشيرا و نذيرا فعمّهم برحماه

Allah mengangkatnya menjadi Rasul sebagai pembawa berita gembira dan pembawa peringatan, dengan tujuan demi untuk merahmati umat seluruh alam.

Dilukiskan pula bahwa beliau berkenan memberikan salam kepada setiap orang yang dijumpai, bersalaman dengan orang lain, sayang pada anak-anak kecil dan ramah terhadap orang fakir miskin. Juga dikatakan bahwa Rasulullah sebagai hamba Allah pemurah dan pemberi maaf, bahkan yang menarik untuk diteladani adalah Rasulullah berkenan memberikan maaf atau pertolongan kepada orang yang telah mencaci maki, melukai dengan batu sampai dengan orang yang akan membunuh beliau, seperti Suraqah. Kedua perilaku Rasulullah itu (santun dan pemaaf) dapat menjadi kaca cerminan agar setiap umat manusia, khususnya manusia muslim.

Rasulullah Saw benar-benar sebagai hamba Allah yang mmiliki sifat sabar dan santun. Dari kisah Rasulullah sudah barang tentu mengandung ajaran bagi umatnya, dan agar hal tersebut dapat diteladani dan mengkristal dalam kepribadian umat Islam di mana mereka berada. Selanjutnya umat yang mampu mengamalkan ajaran Rasulullah itu dalam setiap gerak langkah hidupnya. maka akan terjelma akhlak yang luhur.

Ketiga, Kitab Maulid al-Barzanjî juga membahas tentang perilaku (akhlak) Rasulullah yang adil dan sabar. Perilaku adil dan bijaksana beliau dapat dipahami dari peristiwa pertengkaran kabilah-kabilah Quraisy tatkala berebut meletakkan Hajar Aswad padatempatnya. Sedangkan perilaku sabar beliau dikisahkan dalam peristiwa Rasulullah dihina, dilukai oleh orang Badui, dilempar batu dan hendak dibunuh oleh Suraqah.

Kabilah-kabilah Quraisy dengan keadilan Rasulullah dalam menyelesaikan peristiwa Hajar Aswad tersebut merasa puas dan saling menerima. Bahkan mereka mengakui atas kebijaksanaan beliau. Dapat dipetik hikmah dari perilaku adil Rasulullah Saw tersebut bagi setiap umat muslim untuk diterapkan dalam kehidupan dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Kemudian mengenai perilaku sabar Rasulullah Saw tercermin dari lapang dada beliau terhadap musibah yang menimpa dirinya. Bahkan dari pihak orang yang memusuhinya pula Rasulullah berlaku sabar (lapang dada). Oleh karena itu, beliau seharusnya senantiasa dijadikan tolak ukur bagi umatnya dalam menghadapi setiap masalah (musibah).

Berdasarkan aspek-aspek yang diuraikan di muka, maka dapat ditarik pengertian bahwa Kitab Maulid al-Barzanjî mempunyai andil besar bagi upaya pembentukan akhlak umat Islam. Andil itu minimal berlaku bagi sebagian umat Islam yang menerima dan mengamalkan kandungan kitab tersebut. Sebab tidak semua umat muslim mengakui dan menerima bahasan Kitab Maulid al-Barzanjî itu.

و يحب الفقراء و المساكين و يجلس معهم و يعود مرضاهم و يشيّع جنائزهم و لا يحقر فقيرا أدقعه الفقر و أشواه

Dan beliau menyukai orang fakir dan miskin dan suka duduk bersama-sama mereka, mau meninjau orang-orang yang sakit diantara mereka, sudi mengantar jenazah mereka, dan tidak mau mencemoohkan orang yang sangat fakir.

و لا يهاب الملوك و يغضب لله تعالى و يرضى لرضاه

Beliau tidak pernah merasa gentar menghadapi para raja, dan andaikata marah, semata-mata hanyalah karena Allah, dan kerelaannya juga karena-Nya jua.

و يمشي خلف أصحابه و يقول خلّوا ظهري لملائكة الروحانية

Beliau suka berjalan dibelakang para sahabatnya, seraya bersabda: "Kosongkanlah tempat dibelakang saya untuk para malaikat".

و يركب البعير و الفرس و البغلة و حمارا بعض الملوك إليه أهداه

Mau berkendaraan unta, kuda, bighal, dan keledai dari hadiah sebagian raja-raja.

و يعصب على بطنه الحجر من الجوع و قد أوتي مفاتيح الخزائن الأرضية

Jika perutnya lapar, maka disumbatnya dengan batu, toh kunci gedung perbendaharaan bumi berada di tangannya.

و راودته الجبال بأن تكون له ذهبا فأباه

Dan gunung-gunungpun bersedia menjadi emas untuk keperluannya, namun beliau juga enggan menerimanya.

و كان صلى الله عليه و سلم يقلّ اللغو و يبدأ من لقيه بالسلام و يطيل الصلاة و يقصر الخطب الجمعيّة

Beliau jarang sekali, melakukan hal-hal yang kurang berguna, dan suka mulai memberi salam kepada orang yang dijumpainya, suka memperlamakan shalat dan mempersingkat khutbah jum'at.

و يتألّف أهل الشرف و يكرم أهل الفضل و يمزح و لا يقول إلاّ حقا يحبه الله تعالى و يرضاه

Menyukai orang yang mulia, dan menghormat orang utama, juga man bersenda gurau dengan sahabat-sahabatnya. Beliau tidak pernah bersabda melainkan yang benar, dan. justru Allah Swt menyukai dan rela kepadanya.

Ditinjau dari isi teksnya, bahwa al-Barzanjî merupakan sebuah karya tulis seni sastra yang memuat kehidupan Nabi Muhammad Saw. Karya sastra ini dibaca dalam berbagai upacara keagamaan di dunia Islam, termasuk di Indonesia, sebagai bagian yang menonjol dalam kehidupan beragama tradisional. Dengan membacanya dapat ditingkatkan iman dan kecintaan kepada Nabi Muhammad Saw dan diperoleh banyak manfaat.

Kitab ini memuat riwayat kehidupan Nabi Muhammad Saw: silsilah keturunannya serta kehidupannya semasa kanak-kanak, remaja, dan pemuda, hingga ia diangkat menjadi rasul. Al-Barzanjî juga mengisahkan sifat Nabi Saw serta perjuangannya dalam menyiarkan Islam dan menggambarkan kepribadiannya yang agung untuk diteladani oleh umat manusia.

Akhlak Nabi Muhammad Saw senantiasa menekankan pada pemberian contoh yang dimulai dari dirinya sendiri. Nabi Muhammad Saw tidak pernah menyuruh kepada seseorang sebelum dipraktikkan oleh dirinya sendiri. Kondisi inilah yang menyebabkan kawan dan lawan Nabi Saw mengaguminya. Praktik pembinaan akhlak yang telah ditanamkan kepada umatnya terbukti telah membuahkan hasil yang besar.

Bangsa Arab yang semula biadab kemudian berubah menjadi bangsa yang beradab dengan memiliki akhlak al-karimah hanya dalam tempo kurang lebih 23 tahun. Masa tersebut terhitung sangat singkat jika dibandingkan dengan kerusakan akhlak manusia saat itu. Itulah sebabnya para orientalis menganggap Nabi Saw sebagai sosok manusia yang berhasil membina masyarakat Arab melalui praktik yang dijalankan Nabi Saw dalam perjalanan hidupnya.

Allah Swt mengutus Muhammad Saw untuk membawa agama yang suci dan mulia dengan ajarannya yang lengkap dan sempurna yang mampu membawa manusia ke puncak ketinggian moral dan menghantarkan mereka kepada keselamatan lahir dan batin serta menjamin terwujudnya kebahagiaan mereka baik dalam kehidupannya di dunia kini maupun di akhirat kelak. Dalam tempo lebih kurang 23 tahun yang dilalui Rasulullah Saw dalam menyeru manusia kepada jalan yang benar, tercapailah olehnya tujuan yang dimaksud, yaitu menanamkan praktik pendidikan akhlak.[1]

Menurut ajaran al-Quran bahwa tujuan yang hendak dicapai oleh risalah Muhammad atau missi Islam ialah membersihkan dan mensucikan jiwa dengan jalan mengenal Allah serta beribadah kepada-Nya dan mengokohkan hubungan antara manusia dengan menegakkannya di atas dasar kasih sayang, persamaan dan keadilan. Sehingga dengan demikian, tercapailah kebahagiaan dan kedamaian dalam hidup dan kehidupan manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Allah Swt dalam surah al-Jumu'ah ayat 2 menegaskan bahwa apa yang disampaikan Rasulullah, semuanya bersumber dari wahyu Ilahi, seperti firman Allah Swt dalam surah al-Najm ayat 1-4.[2]

Dalam al-Barzanji juga ditegaskan, diutusnya Muhammad sebagai rasul adalah pembawa rahmat untuk seluruh alam. Karena itu, tujuan risalahnya adalah memberikan kebahagiaan, kedamaian bagi umat manusia atau rahmat bagi alam semesta.

Firman Allah dalam surah al-Anbiya ayat 107 menurut sebuah riwayat, Rasulullah Saw pernah menyatakan bahwa beliau diutus sebagai rasul adalah untuk menyempurnakan akhlak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa risalah Muhammad akan sampai kepada tujuannya (memberi rahmat bagi umat manusia dan alam sekitarnya) manakala ajaran yang dibawa oleh Muhammad berupa norma-norma yang menuntun orang agar berbuat baik dan menjauhi perbuatan buruk dapat diikuti dengan sempurna. Dengan kata lain, menjalankan akhlak yang mulia dan menjauhi akhlak yang buruk merupakan syarat mutlak untuk mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kenyamanan hidup umat manusia dan alam sekitarnya.[3]


[1] Yunahar Ilyas, Kuliah Akhlak, (Yogyakarta: LPPI, 2004), hlm. 8.

[2] Abuddin Nata, Akhlak Tasawuf, (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hlm. 15

[3] Martin Van Bruinessen, Kitab Kuning, Pesantren, dan Tarekat: Tradisi-tradisi Islam di Indonesia, (Bandung: Mizan, 1995), hlm. 100

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : AKHLAK NABI DALAM KITAB AL-BARZANJÎ

0 komentar:

Posting Komentar