Hakikat Syirik
Ibnu al Qayyim rahimahullah berkata dlm menjelaskan kekejian dan kebobrokan kesyirikan:
“Allah telah mengabarkan bahwa Dia mengutus para rasul dan menurunkan kitab2 agar manusia menegakkan al qisth, yaitu keadilan. Dan di antara keadilan terbesar adl tauhid, bahkan tauhid adl puncak dan penegak keadilan. Sementara kesyirikan adl kezhaliman, sbgmn firman Allah Ta’ala:
(إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ)
“Sesungguhnya kesyirikan adl kezhaliman yg sangat besar.” (QS. Luqman: 13)
Maka kesyirikan adalah puncak kezhaliman dan tauhid adalah puncak keadilan. Sehingga amalan apa saja yg paling bertentangan dengan tujuan (tauhid, penj.) ini maka itu adalah dosa yg paling besar. Dan tingkatan dosa2 ini sesuai dgn tingkatan penentangan terhadap tujuan ini. Dan amalan apa saja yg paling sejalan dgn tujuan ini maka itu adalah amalan dan ketaatan yg paling wajib.
Karenanya, telaahlah tujuan ini dengan seksama dan ambillah pelajaran dari perincian di dalamnya, niscaya anda akan mengenal Allah yang Maha Bijaksana dan Maha Berilmu, dengan mengetahui apa2 yg Dia wajibkan dan haramkan atas hamba2Nya, dan mengetahui berjenjangnya tingkatan2 ketaatan dan kemaksiatan.
Tatkala kesyirikan kepada Allah bertentangan secara langsung dgn tujuan ini, maka jadilah dia sbg dosa yg paling besar secara mutlak.
Allah telah mengharamkan surga dari setiap pelaku kesyirikan, dan Dia menghalalkan bagi ahli tauhid untuk merenggut darah, harta, dan keluarga mereka, dan Dia mengizinkan ahli tauhid untuk menjadikan mereka sebagai budak. Dan semua itu karena mereka meninggalkan ubudiah kepadaNya.
Allah Subhanahu wa Ta’ala enggan menerima amalan org musyrik, enggan menerima syafaat baginya, enggan mengijabahi doanya di akhirat, dan enggan mewujudkan harapannya.
Hal itu krn org musyrik adalah makhluk yg paling bodoh tentang Allah tatkala dia mengangkat makhluk sbg tandingan bagiNya, dan ini adalah puncak kebodohan ttg Allah.”
(Al Jawab al Kafi hal. 191)
Asy Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah berkata dlm menjelaskan kesyirikan:
“Syirik adalah mengikutkan selain Allah bersama Allah dlm ibadah. Semisal seseorang berdoa kepada berhala atau selainnya, atau beristighatsah dengannya, atau bernadzar untuknya, atau shalat untuknya, berpuasa untuknya, atau menyembelih untuknya seperti menyembelih untuk al Badawi atau untuk Idrus, atau shalat untuk si fulan, atau meminta kelapangan dari rasul shallallahu alaihi wasallam atau dari Abdul Qadir atau dari Idrus atau orang lain yg sudah meninggal atau yg ghaib. Semua perbuatan ini dinamakan kesyirikan. Demikian halnya jika seseorg berdoa kepada bintang2 atau jin, atau beristighatsah kepada mereka atau meminta kelapangan kepada mereka, atau yg semacamnya. Jika dia menyerahkan sedikit pun dr ibadah2 ini kepada benda2 mati atau kepada orang2 yg telah meninggal, atau makhluk yg ghaib, maka itu adalah kesyirikan kepada Allah Azza wa Jalla. Allah Jalla wa Ala berfirman:
(وَلَوْ أَشْرَكُوا لَحَبِطَ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ)
“Seandainya mereka berbuat kesyirikan, niscaya akan terhapus semua amalan mereka.” (QS. Al An’am: 88)
Dan Allah Subhanah berfirman:
(وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ)
“Dan sungguh telah diwahyukan kpdmu dan kepada semua Nabi sebelummu, jika kamu berbuat kesyirikan, niscaya akan terhapus semua amalanmu, dan kamu betul2 akan tergolong org2 yg merugi.” (QS. Az Zumar: 65)
Di antara bentuk kesyirikan adalah beribadah kepada selain Allah dengan satu ibadah yg sempurna, maka ini dinamakan kesyirikan dan juga dinamakan kekafiran. Karenanya siapa saja yg berpaling dr Allah secara sempurna dan memperuntukkan ibadahnya kepada selain Allah, seperti kepada pepohonan atau bebatuan atau berhala atau jin atau orang2 yg telah meninggal yg mereka gelari sebagai wali, dimana mereka beribadah kepada para wali itu, atau shalat untuk mereka, atau berpuasa untuk mereka dan melupakan Allah sama sekali dlm ibadahnya, maka semua itu adl kekafiran yg terbesar dan kesyirikan yg terparah. Demikian halnya dengan orang yg mengingkari eksistensi Allah, dgn mengatakan: Tidak ada sembahan dan kehidupan itu terus berjalan, seperti keyakinan para penganut ateis yg mengingkari eksistensi Allah. Mereka ini adl manusia yg paling kafir lagi paling sesat, dan yg paling besar kesyirikannya.
Intinya, penganut semua keyakinan di atas dan semisalnya, semua keyakinan di atas dinamakan kesyirikan dan juga dinamakan kekafiran kpd Allah Azza wa Jalla.”
(Majmu’ al Fatawa: 4/32)
0 komentar:
Posting Komentar