BERSUFI MELALUI CINTA
Persoalan cinta (mahabbah) adalah menyangkut aspek esoteris (qalb) yang merupakan jalan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan “mahabbah” ini merupakan tingkat tertinggi dalam pencapaian menuju Allah. Dalam hal ini, seorang praktisi tasawuf, Ma'ruf al-Karkhi, mengatakan bahwa cinta tidak dapat dipelajari manusia, karena ia merupakan suatu anugerah dari Tuhan dan datang atas kasih-Nya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa untuk mendapatkan “maqam” cinta, seseorang tidaklah mudah dalam menempuh-nya. Ia harus melalui tahap cobaan-cobaan yang akan dilaluinya. Dapat dikatakan bahwa cinta adalah sesuatu yang mendasari adanya iman, sehingga perilaku seseorang yang beriman merupakan perilaku yang bernuansa cinta, karena adanya faktor kepatuhan kepada kekasihnya.
Cinta adalah sesuatu yang sungguh-sungguh karena ia membutuhkan kesungguhan. Namun dalam tasawuf, cinta adalah pengalaman mistis yang hanya dapat dirasakan oleh orang yang mengalami dalam kehidupan mistisnya. Dalam Islam, cinta memang memiliki makna yang suci, sedemikian suci dan tinggi makna cinta Ilahi sampai tidak ada lagi ruang untuk membenci kepada yang lain, bahkan setan sekalipun. Seperti yang dikatakan Rabi'ah al-‘Adawiyah, “Cintaku kepada Tuhan tidak meninggalkan ruang yang kosong dalam diriku untuk rasa benci kepada setan”. Ibnu 'Arabi menyatakan bahwa basis dan sebab semua cinta adalah keindahan. Tuhan mencintai makhluknya karena makhluk adalah keindahan yang diciptakan sendiri oleh Tuhan. Sedang manusia mencintai Tuhan karena melihat keindahan Tuhan. Tuhan maha indah dan sumber segala keindahan.
Seseorang yang dilanda cinta biasanya tidak akan mudah beralih atau berpaling pada sesuatu yang lain. Ia senantiasa teguh dan mantap serta mengingat dan memikirkan yang dicintainya. Kesadaran cinta mengimplikasikan suatu sikap pecinta yang senantiasa konsisten dan penuh konsentrasi terhadap apa yang dituju dan diusahakan dengan tanpa merasa berat dan sulit untuk mencapainya. Dengan segala keyakinan yang ada pada dirinya, maka segala sesuatu dilakukan dengan penuh kesenangan dan kegembiraan tanpa ada perasaan terpaksa dan tertekan.
Kesadaran cinta juga berimplikasi terhadap diri seorang pecinta dengan sikap penerimaan terhadap segala apa yang ada dan terjadi. Dengan demikian, perasaan cinta kepada Allah akan dapat membina diri dengan perasaan tenang dan lega di mana pun kita berada. Semakin kita cinta kepada-Nya maka semakin bebaslah jiwa kita dari sikap dan perasaan negatif, sehingga semakin tentram dan tenanglah batin kita, serta semakin taat dan dekatlah diri kita kepada Allah. Dengan bertambahnya cinta kita kepada Allah, maka tiada yang bertambah dalam diri kita selain iman dan penyerahan diri kepada Allah Swt.
Judul Buku: Bersufi Melalui Cinta
Penulis: Amin Khakam el-Chudrie
Penerbit : Ar-Raudhoh Press
Alamat : Pon. Pes. Raudlotuttholibin
Margoyoso Kalinyamatan Jepara (59467)
HP. 0895338532269
Harga: Rp. 25.000,-
0 komentar:
Posting Komentar